Pagi pagi buta selepas subuh kami sekeluarga mulai mengisi
polybag untuk media tanam, sebahagian anakku sedang mencampurkan media tanam
dengan komposisi tanah, pasir dan kompos. Inilah kegiatan rutin kami dipagi dan
sore hari… menyiapkan media tanam. Sementara itu aku siapkan benih untuk kelak
akan dipindahkan kedalam polybag sebagai media pembesaran pohon yang akan kami
tanam dipinggiran sungai dan lahan kritis lainnya, termasuk hutan kami yang
sudah tak bervegetasi…
Satu pertanyaan yang sering diajukan banyak orang pada kami…”
Untuk apa menanam di lahan yang tak bertuan, toh pada akhirnya kalau tidak
dipindahkan, di makan ternak atau bahkan karena sudah layak jual mereka tebang …
“ Tapi menanam harus terus berjalan dengan tantangan apapun dikemudian hari.
Pukul 6.30 semua bersiap siap bersekolah dan ketempat
kegiatan lain..sementara aku tetap duduk dirumah dan merapihkan kerjaan
keluargaku yang masih tergeletak ditempat pengisian polybag. Polybag yang
berisi bibit pohon ini, adalah investasi kami untuk menyediakan air, udara
segar bagi warga bangsa yang sudah mulai kehilangan cinta akan negerinya, semua
berebut kue pembangunan dengan alasan kesempatan dan kebutuhan. Pembangunan di
negeri ini sudah menjadi proyek raksasa dengan kegiatan korupsi raksasa, upeti
dan bagi bagi untuk raja raja kecil negeri ini mengakibatkan kerusakan lebih
cepat terjadi. Kecepatan pembangunan secepat kerusakannya. Apalagi alam ini,
jika saja program sengonisasi, hutan rakyat penanaman Daerah Aliran Sungai
berhasil meski dalam sekala kecil… bisa jadi negeri ini akan digerus bencana
longsor, banjir dan mewabahnya penyakit yang semakin sulit ditanggulangi… Tapi
menanam harus terus dilanjutkan, walaupun hanya secuil saja nilai
keberhasilannya.
Tak lama berselang.. kawan kawan yang sejalan da sefaham satu persatu berdatangan, mereka
kebanyakan dari Jakarta dan sebahagian kecil saja yang berasa dari Bogor, dan
kita hari ini akan membahas program ADOPSI POHON… kok adopsi sih??? Itu pula
yang selalu ditanyakan.
Kata adopsi aku gunakan untuk membuat sebuah ikatan
emosional antara pohon yang ditanam dengan penyumbangnya.. ikatan batiniah
dimana kedua mahluk Tuhan ini saling membutuhkan dalam melangsungkan hidup…
Betapa baiknya Tuhan telah ciptakan pepohonan yang memberi udara segar untuk
kita, memberikan buah dan kesejukan untuk manusia dan berbagai mahluk Tuhan lainnya…
kita tidak pernah sadari jika satu batang pohon itu, adalah jatah konsumsi
oksigen bagi dua orang manusia… ini artinya semakin sedikit pohon maka semakin
berkurang jatah konsumsi oksigen kita dan jika itu yang terjadi maka kita juga
yang menderita.. penyakita ISPA berdiri mengancam kita semua. Mungkin hal
sepele bagi yang berduit, tapi masalah besar bagi kami yang harus mengais
rejeki seperak demi seperak, untuk makan saja sudah sulit apalagi kalau harus
berobat karena penyakit yang mereka derita, tapi menanamkan keyakinan dan kecintaan untuk menjaga alam dan menanam pohon seperti menggarami lautan menambah air samudra. Tapi menanam harus terus dilanjutkan .... dan ini untuk kebaikan semua warga negeri ini.
Gerakan adopsi pohon adalah salah satu solusi agar setiap donatur merasa punya ikatan batin dengan pohon yang ditanamnya, dan ikatan batin inilah yang akan menjadi lokomotif kesadaran kami dan tentu saja para donatur yang mulai menyumbang dari lima belas ribu rupiah hingga beberapa ratus ribu rupiah... merekapun terikat secara emosional dengan para petani yang hidup sederhana tapi masih bisa berbahagia.. mungkin saja inilah jalan saling mencinta dan saling menjaga meski dalam perbedaan namun dalam satu bingkai ikatan hati dan janji .... menjaga negeri ini sampai titik darah penghabisan seperti para pahlawan kita yang memperjuangkan kemerdekaan negeri ini untuk senyum anak cucunya dikemudian hari kelak.....(g)