Tingkatkan traffic web and

Boost your website traffic!

Kamis, 08 Desember 2011

POHON YANG TERUS TUMBANG DAN SATWA YANG SEMAKIN LANGKA

Kita sering kali mendengar pohon tumbang, hutan ditebang, satwa langka dibantai.. dan tentu saja kita tidak bereaksi apapun, karena kita fikir..." apa urusannya sama gue.. uuugh nga' gue banget deh!" Tapi ada juga sebahagian dari kita berusaha dengan sungguh sungguh menanamn pohon merawat satwa lngka, mengkampanyekan penyelamatan lingkungan dan seterusnya... Ini obrolan ringan yang patut kita renungkan.
Saat matahri sudah mulai berlabuh disisi barat dan memancarkan mega yang memerah... seluruh satwa belantara hutan mulai merayap keluar mencari mangsa untuk santapan mereka malam itu, tapi ada beberapa satwa yang tengah mengawasi wilayah kekuasaan mereka juga sambil sesekali mengibas ngibas wajah mereka yang didatangi serangga. Begitu pula dengan anak elang yang sedang asik bercengkrama dengan ibu dan saudara saudaranya.... ia bertanya pada pohon.. " Kemana ibumu puspa? aku perhatikan sepertinya kamu selalu saja diam ditempat dan tidak pernah pergi kemana mana... apakah kamu tidak punya ibu atau saudara puspa?" tanya si Elang jawa kecil pada pohon tempat sarang mereka bertengger. " Ibuku adalah tanah dan ayah ku adalah langit yang membentang luas sedangkan pengasuhku adalah air yang Tuhan turunkan dari langit dan kalianlah sahabat sahabatku...Elang Kecil" .... Si Elang terdiam...
Dalam putaran waktu yang cukup lama mereka bersahabat, bercengkrama dan saling bercerita tentang apapun yang mereka alami sepanjang hari yang dilalui, persahabatan itu begitu kental dan saling mengisi satu dan yang lainnya. Hingga akhirnya suatu pagi gemuruh suara yang bersumber dari bawah pohon memecah keheningan hutan tempat tinggal mereka, satu persatu sahabat siElang dan Puspa terjerembab kedasar tanah Kreeeeeeek Bumbb!!! Dan akhirnya si Puspa sahabat Elang Kecilpun dapat giliran tumbang..sekuat tenaga si Elang mempertahankan, para penebang dikejar, di cakar di lawan tak henti... hingga akhirnya si Puspa pun terjatuh ke tanah... tidak cukup sampai disini, para penebangpun memburu si Elang hingga akhirnya sebuah timah panas mengenai dadanya dan iapun terjatuh disamping sahabatnya...Puspa.
MEREKA YANG DIBURU DAN HAMPIR PUNAH
Saat keduanya dalam keadaan sakarat, si Puspa bercerita tentang bagaimana ibunya, lima puluh tahun yang lalu,  harus meninggalkannya pada saat ia baru saja menjadi benih, dia harus tumbuh dan memenuhi kehidupannya tanpa bantuan para penebang ini, hingga usianya mencapai lima puluh tahun..." Puspa... mungkin mereka tidak bisa bersahabat dengan kita... sehingga mereka merasa bahwa keberadaan kita mengganggu... sehingga kepunahan kita adalah kebahagian mereka, aku dengar cerita ini dari kawan kawan belantara di Nusantara, ini pula yang dialami si Amang, si Beruk si Orang Utan mereka dibantai untuk keinginan yang tidak jelas....mungkin teriakan permohonan kita harus berubah menjadi teriakan perlawanan sehingga suatu saat merekalah yang kita kuasai dan akan kita ajar bagaimana menghargai kebersamaan seperti yang kita jalani selama ini, kita saling bercerita, saling bercengkrama, saling menolong dan tidak saling membunuh dan menghancurkan...." Keduanya meregang nyawa dan hilanglah suara nyanyian dedaunan di hutan dan teriakan si Elang kecil yang kini tergeletak ditanah, ditengah para penebang yang mentertawakan kematian mereka....